METODE
PENGOLAHAN DAN PENANGANAN LIMBAH DIDALAM DAN LUAR NEGERI
1.
Pengolahan dan penanganan dalam
Negeri
Penanganan limbah
Haruslah benar- benar di perhatikan karna menyakut kenyamanan Dan kesehatan banyak orang. Maka dari pada
itu hal-hal yang di perhatikan adalah sebagai berikut :
• Menjamin tempat tinggal / tempat
kerja yang bersih
• Mencegah timbulnya pencemaran
lingkungan
• Mencegah berkembangbiaknya hama
penyakit dan vektor penyakit
Cara untuk mengurangi dan
menanggulangi pencemaran lingkungan meliputi
2 cara yaitu :
1. Pengendalian non teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi
pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundang-undangan yang
dapat merencanakan, mengatur, mengawasi
segala bentuk kegiatan industri dan bersifat mengikat sehingga dapat
memberi sanksi hukum pagi pelanggarnya.
2. Pengendalian teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi
pencemaran lingkungan dengan cara-cara yang berkaitan dengan proses produksi
seperti perlu tidaknya mengganti proses, mengganti sumber energi/bahan bakar,
instalasi pengolah limbah atau menambah alat yang lebih modern /canggih.
Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan adalah :
o Mengutamakan keselamatan manusia
o Teknologinya harus sudah dikuasai dengan
baik
o Secara teknis dan ekonomis dapat
dipertanggungjawabkan.
A. Penanganan Limbah Padat
Limbah padat dapat dihasilkan
dari industri, rumah tangga, rumah sakit, hotel, pusat perdagangan/restoran
maupun pertanian/peternakan. Penanganan limbah padat melalui beberapa
tahapan, yaitu :
o Penampungan dalam bak sampah
o Pengumpulan sampah
o Pengangkutan
o Pembuangan di TPA.
Sampah yang sudah berada di TPA
akan mengalami berbagai macam perlakuan, seperti menjadi bahan makanan bagi
sapi / ternak yang digembala di TPA, di sortir oleh pemulung, atau diolah
menjadi pupuk kompos.
Berikut ini beberapa metode penanganan
limbah organik padat :
1.
Composting, yaitu penanganan limbah organik menjadi kompos yang bisa
dimanfaatkan sebagai pupuk melalui proses fermentasi. Bahan baku untuk membuat
kompos adalah sampah kering maupun hijau dari sisa tanaman, sisa makanan,
kotoran hewan, sisa bahan makanan dll. Dalam proses pembuatan kompos ini bahan
baku akan mengalami dekomposisi / penguraian oleh mikroorganisme. Proses
sederhana pengomposan berlangsung secara anaerob yang sering menimbulkan gas.
Sedangkan proses pengomposan secara aerob membutuhkan oksigen yang cukup dan
tidak menghasilkan gas.
Faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi proses pengomposan yaitu :
o Ukuran bahan, semakin kecil ukuran bahan
semakin cepat proses pengomposan
o Kandungan air, tumpukan bahan yang kurang
mengandung air akan berjamur sehingga proses penguraiannya lambat dan tidak sempurna.
Tetapi jika kelebihan air berubah menjadi anaerob dan tidak menguntungkan bagi
organisme pengurai.
o Aerasi, aerasi yang baik akan mempercepat
proses pengomposan sehingga perlu pembalikan atau pengadukan kompos.
o pH (derajat keasaman), supaya proses
pengomposan berlangsung cepat, pH kompos jangan terlalu asam maka perlu
penambahan kapur atau abu dapur
o suhu, suhu optimal pengomposan berlangsung
pada 30 – 450 C
o perbandingan C dan N, proses pengomposan
dapat dihentikan bila komposisi C/N mendekati perbandingan C/N tanah yaitu 10 –
12
o kandungan bahan sampah seperti lignin, wax
(malam) damar, selulosa yang tinggi akan memperlambat proses pengomposan.
Cara pembuatan kompos, memalui
cara :
o menggunakan komposter
o tumpukan terbuka (open windrow)
o cascing (menggunakan cacing)
Di dalam kompos
terdapat unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman, sehingga digunakan sebagai
pupuk tanaman dan disebut pupuk organik. Dalam proses pengomposan, bahan baku
kompos mengalami perubahan kimiawi oleh mikroorganisme / bakteri yang
membutuhkan nitrogen untuk hidupnya. Tetapi tidak selalu bahan baku kompos
mengandung nitrogen yang cukup untuk kebutuhan bakteri pengurai tersebut
sehingga diperlukan pemberian tambahan nitrogen, salah satunya adalah EM 4
(effective microorganism 4) yang berfungsi sebagai aktivator. Hal ini akan
membantu bakteri hidup berkembang dengan baik sehingga proses penguraian bahan
baku kompos menjadi lebih cepat dan proses pengomposan berlangsung lebih cepat pula. Jika aerasi
kurang, maka yang terjadi adalah proses pembusukan dan akan mengasilkan bau
busuk akibat terbentuknya amoniak (NH3) dan asam sulfida (H2S).
Kompos dari bahan baku organik
memiliki beberapa kegunaan antara lain :
o memperbaiki kualitas tanah
o meningkatkan kemampuan tanah dalam melakukan
pertukaran ion
o membantu pengolahan sampah
o mengurangi pencemaran lingkungan
o membantu melestarikan sumber daya alam
o membuka lapangan kerja baru
o mengurangi biaya operasional bagi petani
atau pecinta tanaman
1. Gas Bio, yaitu pengubahan sampah organik
yang berasal dari tinja manusia maupun kotoran hewan menjadi gas yang dapat
berfungsi sebagai bahan bakar
alternatif. Kandungan gas bio antara lain metana ( CH4) dalam komposisi yang
terbanyak, karbondioksida ( CO2 ), Nitrogen ( N2 ), Karbonmonoksida ( CO ),
Oksigen (O2), dan hidrogen sulfida (H2S). Gas metana murni adalah gas tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Supaya efektif, proses pengubahan ini
harus pada tingkat kelembaban yang sesuai, suhu tetap dan pH netral.
2. Makanan ternak ( Hog Feeding ), adalah
pengolahan sampah organik menjadi makanan ternak. Agar sampah organik dapat
dimanfaatkan untuk pakan ternak harus dipilih dan dibersihkan terlebih dulu
agar tidak tercampur dengan sampah yang mengandung logam berat atau bahan-bahan
yang membahayakan kesehatan ternak.
Ada rumus Empat R ( 4 R = replace, reduce, recycle dan
reuse )
• Replace yaitu usaha mengurangi
pencemaran dengan menggunakan barang-barang
yang ramah lingkungan. Contohnya memanfaatkan daun daripada plastik sebagai
pembungkus, menggunakan MTBE daripada TEL untuk anti knocking pada mesin, tidak
menggunakan CFC sebagai pendingin dan lain-lain.
• Reduce yaitu usaha mengurangi
pencemaran lingkungan dengan meminimalkan produksi sampah. Contohnya membawa
tas belanja sendiri yang besar dari pada banyak kantong plastik, membeli
kemasan isi ulang rinso, pelembut pakaian, minyak goreng dan lain-lain daripada
membeli botol setiap kali habis, membeli bahan-bahan makanan atau keperluan
lain dalam kemasan besar daripada yang kecil-kecil.
• Recycle yaitu usaha mengurangi
pencemaran lingkungan dengan mendaur ulang sampah melalui penanganan dan teknologi khusus. Proses daur
ulang biasanya dilakukan oleh pabrik/industri untuk dibuat menjadi produk lain
yang bisa dimanfaatkan. Dalam hal ini pemulung berjasa sekaligus mendapatkan
keuntungan karena dengan memilah sampah yang bisa didaur ulang bisa mendapat
penghasilan.Misalnya plastik-plastik bekas bisa didaur ulang menjadi ember,
gantungan baju, pot tanaman dll.
• Reuse yaitu usaha mengurangi
pencemaran lingkungan dengan cara menggunakan dan memanfaatkan kembali
barang-barang yang seharusnya sudah dibuang. Misalnya memanfaatkan botol/kaleng
bekas sebagai wadah, memanfaatkan kain perca menjadi keset, memanfaatkan
kemasan plastik menjadi kantong belanja / tas dll
2. Insenerator, adalah alat yang digunakan
untuk membakar sampah secara terkendali pada suhu tinggi. Insenerator efisien
karena sanggup mengurangi volume sampah hingga 80 %. Residunya berupa abu
sekitar 5 – 10 % dari total volume sampah yang dibakar dan dapat digunakan
sebagai penimbun tanah. Kekurangan alat ini adalah mahal dan tidak bisa memusnahkan
sampah logam.
3. Sanitary Landfill, adalah metode penanganan
limbah padat dengan cara membuangnya pada area tertentu.
Ada 3 metode sanitary landfill, yaitu :
1. Metode galian parit (trenc method), sampah dibuang ke dalam
galian parit yang memanjang. Tanah bekas galian digunakan untuk menutup parit.
Sampah yang ditimbun dipadatkan dan diratakan. Setelah parit penuh, dibuatlah
parit baru di sebelah parit yang telah penuh tersebut.
2. Metode area, sampah dibuang di atas tanah yang rendah, rawa,
atau lereng kemudian ditutupi dengan tanah yang diperoleh ditempat itu.
3. Metode ramp, merupakan gabungan dari metode galian parit dan
metode area. Pada area yang rendah, tanah digali lalu sampah ditimbun tanah
setiap hari dengan ketebalan 15 cm, setelah stabil lokasi tesebut diratakan dan
digunakan sebagai jalur hijau (pertamanan), lapangan olah raga, tempat rekreasi
dll.
4. Penghancuran sampah (pulverisation), adalah
proses pengolahan sampah anorganik padat dengan cara menghancurkannya di dalam
mobil sampah yang dilengkapi dengan alat pelumat sampah sehingga sampah hancur
menjadi potongan-potongan kecil yang dapat dimanfaatkan untuk menimbun tanah
yang cekung atau letaknya rendah.
5. Pengepresan sampah ( reduction mode), yaitu
proses pengolahan sampah dengan cara mengepres sampah tesebut menjadi padat dan
ringkas sehingga tidak memakan banyak tempat.
B. Penanganan Limbah Cair
Sekitar 80% air yang
digunakan manusia untuk aktivitasnya akan dibuang lagi dalam bentuk air yang
sudah tercemar, baik itu limbah industri maupun limbah rumah tangga. Untuk itu
diperlukan penanganan limbah dengan baik agar air buangan ini tidak menjadi
polutan.
Tujuan pengaturan pengolahan
limbah cair ini adalah :
o Untuk mencegah pengotoran air permukaan
(sungai, waduk, danau, rawa dll)
o Untuk melindungi biota dalam
tanah dan perairan
o Untuk mencegah berkembangbiaknya bibit
penyakit dan vektor penyakit seperti nyamuk, kecoa, lalat dll.
o Untuk menghindari pemandangan dan bau yang
tidak sedap
Pengolahan limbah
cair dapat dilakukan dengan cara-cara :
o Proses Penyaringan (screening), yaitu
menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar dan mudah mengendap.
o Proses Flotasi, yaitu menyisishkan bahan yang
mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses berikutnya.
o Proses Filtrasi, yaitu menyisihkan sebanyak
mungkin partikel tersuspensi dari dalam airatau menyumbat membran yang akan
digunakan dalam proses osmosis.
o Proses adsorbsi, yaitu menyisihkan senyawa
anorganik dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk
menggunakan kembali air buangan tersebut, biasanya menggunakan karbon aktif.
o Proses reverse osmosis (teknologi membran),
yaitu proses yang dilakukan untuk memanfaatkan kembali air limbah yang telah
diolah sebelumnya dengan beberapa tahap proses kegiatan. Biasanya teknologi ini
diaplikasikan untuk unit pengolahan kecil dan teknologi ini termasuk mahal.
o Cara kimia, yaitu pengolahan air buangan yang
dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap
(koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor dan zat organik beracun dengan
menambahkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Metode kimia dibedakan atas
metode nondegradatif misalnya koagulasi dan metode degradatif misalnya oksidasi
polutan organik dengan pereaksi lemon, degradasi polutan organik dengan sinar
ultraviolet dll.
o Cara biologi, yaitu pengolahan air limbah
dengan memanfaatkan mikroorganisme alami untuk menghilangkan polutan baik
secara aerobik maupun anaerobik. Pengolahan ini dianggap sebagai cara yang
murah dan efisien.
Metode
pengolahan limbah cair, meliputi beberapa cara :
1. Dillution (pengenceran), air limbah dibuang
ke sungai, danau, rawa atau laut agar
mengalami pengenceran dan konsentrasi polutannya menjadi rendah atau
hilang. Cara ini dapat mencemari lingkungan bila limbah tersebut mengandung
bakteri patogen, larva, telur cacing atau bibit penyakit yang lain. Cara ini
boleh dilakukan dengan syarat bahwa air sungai, waduk atau rawa tersebut tidak
dimanfaatkan untuk keperluan lain, volume airnya banyak sehingga pengenceran
bisa 30 -40 kalinya, air tersebut harus mengalir.
2. Sumur resapan, yaitu sumur yang digunakan
untuk tempat penampungan air limbah yang telah mengalami pengolahan dari sistem lain. Air tinggal mengalami
peresapan ke dalam tanah, dan sumur dibuat pada tanah porous, diameter 1 – 2,5
m dan kedalaman 2,5 m. Sumur ini bisa dimanfaatkan 6 – 10 tahun.
3. Septic tank, merupakan metode terbaik untuk
mengelola air limbah walaupun biayanya mahal, rumit dan memerlukan tanah yang
luas. Septic tank memiliki 4 bagian ruang untuk tahap-tahap pengolahan, yaitu :
o Ruang pembusukan, air kotor akan bertahan
1-3 hari dan akan mengalami proses pembusukan sehingga menghasilkan gas, cairan
dan lumpur (sludge)
o Ruang lumpur, merupakan ruang empat
penampungan hasil proses pembusukan yang berupa lumpur. Bila penuh lumpur dapat
dipompa keluar
o Dosing chamber, didalamnya terdapat siphon
McDonald yang berfungsi sebagai pengatur kecepatan air yang akan dialirkan ke
bidang resapan agar merata
o Bidang resapan, bidang yang menyerap cairan
keluar dari dosing chamber serta menyaring bakteri patogen maupun
mikroorganisme yang lain. Panjang minimal resapan ini adalah 10 m dibuat pada
tanah porous.
o Riol (parit), menampung semua air kotor dari
rumah, perusahaan maupun lingkungan. Apabila riol inidigunakan juga untuk menampung
air hujan disebut combined system. Sedang bila penampung hujannya dipisahkan
maka disebut separated system. Air kotor pada riol mengalami proses pengolahan
sebagai berikut :
C. Penanganan Limbah Suara
Bising merupakan
polusi pendengaran. Suara-suara yang sangat bising dapat mengganggu pendengaran
dan juga membuat orang tidak nyaman. Sumber kebisingan dapat dikurangi atau
dihilangkan sama sekali dengan :
o Mematikan atau menghilangkan sumber suara /
sumber kebisingan
o Memasang alat peredam suara
o Pengendalian pada jejak propagasi, mengganti
bahan baku ruangan dengan bahan yang dapat meredam suara
o Pengendalian pada penerima suara, yaitu
dengan melakukan upaya perlindungan pada pendengaran manusia, seperti tutup /
sumbat telinga.
·
Dampak
Pengolahan Limbah Terhadap Lingkungan
Pengolahan limbah
yang baik dapat memberi manfaat bagi masyarakat dan lingkungan, akan tetapi
bila tidak dikelola dengan baik dapat
memberi dampak negatif bagi lingkungan.
a. Dampak positif pengolahan limbah
Pengolahan limbah yang benar akan
memberikan dampak positif, yaitu :
o Limbah dapat digunakan untuk menimbun lahan
/ dataran rendah
o Limbah dapat digunakan untuk pupuk
o Limbah dapat digunakan sebagai pakan ternak
, baik langsung maupun mengalami proses pengolahan lebih dulu
o Mengurangi tempat perkembangbiakan penyakit
/ vektor penyakit
o Mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit
menular
o Menghemat biaya pemeliharaan kesehatan
karena masyarakat yang sehat
b. Dampak negatif bila limbah tidak dikelola
dengan baik
Pengolahan limbah yang kurang
baik akan memberikan dampak negatif, seperti :
o Menjadi tempat berkembangbiaknya kuman
penyakit / vektor penyakit
o Menyebabkan gangguan kesehatan seperti sesak
nafas, insomnia maupun stress
o Lingkungan menjadi kotor, bau, saluran air
tersumbat, banjir
o Lingkungan menjadi tidak indah dipandang
o Menurunkan minat orang datang ketempat
tersebut
o Menaikkan angka kesakitan bagi masyarakat
o Membutuhkan dana besar untuk membersihkan
lingkungan
o Menurunkan pemasukan pendapatan daerah
karena kurangnya wisatawan yang berkunjung.
2. Pengolahan
dan penanganan diluar Negeri
Menurut salah satu
Peneliti sekaligus dosen di salah satu Universitas di Jepang Metode yang
dipakai dalam pengolahan dan Penangan Limbah tersebut adalah sebagai berikut.
Persoalan sampah
mungkin menjadi masalah tanpa solusi bagi negara-negara berkembang, namun tidak
bagi negara maju. Contohnya di Jepang persoalan sampah mendapat perhatian
serius pemerintah dengan menerapkan aturan yang ketat dalam hal pembuangan
sampah. Menurut beberapa sumber, pada era 1960-an kondisi kota Tokyo tidak jauh
beda dengan kondisi kota-kota di Indonesia dengan sampah yang berserakan. Namun
jangan pernah membayangkan hal yang sama terjadi di era sekarang. Mungkin
banyak di antara teman-teman yang pernah ke Jepang begitu tercengang melihat
kebersihan lingkungan di Jepang. Sampah berserakan yang menjadi bagian tak
terpisahkan dari pemandangan harian beberapa sudut kota di Indonesia bukanlah
pemandangan yang mudah dijumpai di Jepang atau boleh dibilang hampir mustahil
ditemukan karena saking bersihnya.
Sebagai bagian dari
keseharian anda di Jepang, memahami tentang aturan membuang sampah adalah hal
yang harus anda lakukan sejak hari pertama anda menginjakkan kaki anda di
negera matahari terbit ini. Tiap-tiap daerah di Jepang mempunyai aturan yang
sedikit berbeda satu sama lain, tergantung Tempat Pengolahan Sampah terpadu
yang tersedia di daerah tersebut. Namun secara umum cara pemisahan sampah di
Jepang dapat dilihat seperti ditunjukkan dalam gambar berikut.
Jika anda belum mampu
membaca tulisan Jepang, perhatikan saja gambar yang ditampilkan, yang
menunjukkan pengkategorian sampah dilihat dari jenisnya. Masing-masing sampah
tersebut sudah diatur sedemikian rupa kapan jadwal pembuangan sampah bisa
dilakukan dan bagaimana cara membuangnya. Jika kita membuang sampah tidak pada
hari yang ditentukan, petugas sampah tidak akan mengambil sampah yang kita
tempatkan di bak sampah kita dan umumnya diberi peringatan yang ditulis di bak
sampah tersebut kalau kita salah membuang sampah. Dalam beberapa kasus
(tergantung daerahnya) jika pelanggaran itu dilakukan berulang-ulang akan ada
hukuman berupa denda.
Pengetahuan tentang
bagaimana cara membuang sampah dengan cara memisahkan sampah sesuai jenisnya
tidak hanya diperlukan bagi mereka yang tinggal di jepang dalam periode lama
saja. Bagi anda yang melakukan kunjungan singkat ke Jepang untuk keperluan
seminar atau rekreasi misalnya kebiasaan ini juga harus anda perhatikan.
Umumnya di tempat-tempat umum di Jepang tersedia tempat sampah untuk membuang
sampah, yang terdiri dari berbagai macam tempat sampah berdasarkan jenis sampah
yang boleh ditaruh. Ada tempat sampah untuk sampah yang bisa dibakar, ada
tempat sampah untuk sampah yang tida bisa dibakar, ada tempat sampah untuk botol
dan kaleng, dan sebagainya.
Dulu sewaktu tinggal
di asrama Kampus, yang masuk wilayah midoriku Yokohama, mueru gomi (sampah yang bisa dibakar) hanya
boleh dibuang pada hari senin dan Jumat saja. mueranai gomi (sampah yang tidak
bisa dibakar) hanya boleh dibuang setiap hari rabu. Sampah jenis aluminium
hanya bisa dibuang hari selasa minggu ke-2 dan ke-4 saja. dan seterusnya. Untuk
lebih detailnya tentang aturan membuang sampah di area Midoriku Yokohama
perhatikan gambar-gambar berikut yang saya ambil dari buku aturan petunjuk cara
membuang sampah untuk kawasan midoriku yokohama (klik untuk memperbesar
tampilan gambar). Saat pindah ke apartemen di wilayah Tokyo, aturan dan jadwal
pembuangan sampah berbeda, jadi harus mengikuti petunjuk yang dikeluarkan oleh
city office.
Berikut adalah metode pengolahan
sampah.
Perbandingan pengolahan
sampah Indonesia dengan Luar Negeri
Sampah di dunia ini
tidak akan habis selama manusia di dunia ini masih ada. Memang alam memiliki
kendali besar dalam pengolahan secara otomatis pada sampah organik. Namun tidak
berimbang dengan sejuta ton yang dihasilkan oleh manusia setiap bulannya dengan
alam yang memusnahkannya.
Sampah dapat
dimusnahkan, didaur ulang, dan dijadikan produk yang bermanfaat berupa kompos,
pupuk cair, briket, dan biogas.
Pengolahan
Sampah Indonesia
Sampah menjadi masalah penting
untuk kota yang padat penduduknya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
sebagai berikut :
• Volume sampah sangat besar sehingga
melebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan sampah.
• Teknologi pengelolaan sampah tidak optimal
sehingga sampah lambat membusuknya. Hal ini menyebabkan percepatan peningkatan
volume sampah lebih besar.
• Sampah yang mudah matang dan telah berubah
menjadi kompos tidak dikeluarkan dari TPA karena berbagai pertimbangan.
• Manajemen pengelolaan sampah tidak efektif
sehingga sering kali menjadi penyebab distorsi dengan masyarakat setempat.
Banyak kota atau
kabupaten memiliki cara pengolahan sampah, tetapi modelnya tidak banyak
berbeda.Alasannya cukup masuk akal yaitu anggaran APBD tidak seyogyanya
diinvestasikan untuk hal yang konsumtif. Adapun pengolahan sampah yang
diterapkan di Indonesia ada dua macam yaitu urugan dan tumpukan. Urugan atau
model buang dan pergi ini bisa saja dilakukan pada lokasi yang tepat yaitu bila
tidak ada pemukiman dibawahnya. Model ini dilakukan untuk suatu kota yang
volume sampahnya tidak terlalu banyak. Pengolahan sampah yang kedua lebih maju
dari cara tumpukan yaitu urugan. Model ini bila dilaksanakan secara lengkap sebenarnya
sama dengan teknologi aerobik. Hanya saja tumpukan perlu dilengkapi dengan unit
saluran air pembuangan, pengolahan air buangan, dan pembakaran ekses gas metan.
Model yang lengkap ini telah memenuhi prayarat kesehatan lingkungan. Model
seperti ini banyak diterapkan di kota-kota besar. Namun, sayangnya model
tumpukan ini umumnya tidak lengkap, tergantung dari kondisi keuangan dan
kepedulian pejabat daerah setempat akan kesehatan lingkungan dan masyarakat.
Model Pengelolaan Sampah di Luar
Negeri
Di tahun terakhir,
telah ada suatu aturan tentang prakarsa manajemen sapah padat yang dilakukan
oleh negara-negara Eropa, Australia, Selandia Baru, dan Jepang. Sebagai contoh,
pemerintah jepang sedang bekerja ke arah suatu target pengurangan timbunan sampah
sebanyak 75%. Sebagian besar fokus dari program ini pada 3R (Reduce, Recycle,
dan Re-use).
Umumnya pengelolaan
sampah diluar negeri, khususnya Eropa, sudah dimulai di rumah tangga, yaitu
dengan memisahkan sampah organik dan anorganik. Kantong sampah terbuat dari
bahan yang bisa di daur ulang. Warna kantong dibedakan antara sampah organik
dan anorganik. Sampah organik biasanya berwarna hijau, sedangkan kantong sampah
anorganik berwarna coklat.Adapun kantong sampah barang beracun berwarna merah.
Selain di lokasi perumahan, pemerintah setempat juga menyediakan tempat sampah
di lokasi strategis untuk tempat buangan sampah dilokasi umum. Konstruksi
tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkut oleh truk sekaligus
bersama tempat sampahnya ke lokasi pengolahannya. Setelah itu sampah dipisahkan
berdasarkan jenis-jenisnya dengan menggunakan magnetic seperator.
Melihat proses
pembentukan “habit” pengolahan sampah di luar negeri tersebut, saya yakin kalau
kita di Indonesia bisa meniru Negara Eropa. Kesadaran pada sampah dan
lingkungan hidup di Eropa baru tumbuh dalam beberapa puluh tahun terakhir.
Artinya hal tersebut bukan terjadi by default pada diri masyarakat Eropa, namun
dilakukan by design dengan membentuk habit atau kebiasaan melalu edukasi.Oleh
karena itu, upaya membangun kesadaran masyarakat melalui berbagai kampanye
lingkungan hidup oleh komunitas-komunitas peduli lingkungan, seperti yang
dilakukan oleh Sahabat Kompasianer dari Jogjakarta, Mas Daniel Suharta dan
kawan-kawan, perlu banyak dilakukan di setiap kota dan tempat.Apa yang
dilakukan mas Daniel dengan membentuk berbagai program kampanye peduli lingkungan,
persis seperti yang dilakukan oleh chonaikai di Jepang, 30 tahun lalu. Meski
saat itu pemerintah Jepang belum mendukung dan bergerak, mereka tidak putus
asa. Selama 20 tahun, komunitas tersebut
terus konsisten meraih simpati dan berkembang pesat hingga akhirnya malah dapat
memberi tekanan sosial pada pihak pemerintah.
Sumber :
HR. Sudrajat - Mengelola Sampah
Kota, http://blh.banyumaskab.go.id/read/5758/perbedaan-pengelolaan-sampah-indonesia-vs-jepang#.VHMDGtKUeS