2. Mendeskripsikan pahlawan Nasional
Jenderal
Sudirman merupakan salah satu tokoh paling populer dalam sejarah perjuangan
bangsa Indonesia. Dia adalah komandan pertama dari militer, tokoh agama,
pendidik, pemimpin Muhammadiyah dan pelopor perang gerilya di Indonesia.
Jenderal Sudirman juga merupakan salah satu bintang lima jenderal di Indonesia
selain Jenderal AH Nasution dan Jenderal Soeharto. Ia dilahirkan di Bodas
Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, pada tanggal 24 Januari 1916 dan
meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada usia 34 tahun TBC dan
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di semaki Negara Kusuma, Yogyakarta .
Jenderal Sudirman lahir dan dibesarkan di sebuah keluarga sederhana.
Ayahnya, KARSID Kartowirodji, adalah seorang pekerja di Pabrik Gula Kalibagor,
Banyumas, dan ibunya, Siyem, keturunan bermata merah Wedana Apex. Soedirman
sejak umur 8 bulan diangkat sebagai anak oleh R. Tjokrosoenaryo, petugas
kabupaten asisten Apex masih saudara dari Siyem. Jenderal Sudirman memperoleh
pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa. Kemudian ia melanjutkan ke HIK
(sekolah guru) Muhammadiyah Surakarta tapi tidak sampai akhir. Sudirman juga
aktif pada saat Pramuka Hizbul Wathan organisasi. Setelah itu ia menjadi guru
di sekolahnya di Cilacap Muhammadiyah.
Pengetahuan
yang diperoleh dari militer Jepang melalui pendidikan. Setelah menyelesaikan
pendidikannya di MAP, ia menjadi komandan batalyon di Kroya, Jawa Tengah.
Kemudian ia menjadi komandan Divisi V / Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan
akhirnya terpilih Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Panglima
TKR). Sudirman dikenal memiliki sebuah perusahaan swasta pada prinsip dan
keyakinan, dia selalu menempatkan kepentingan banyak orang dan bangsa di atas
kepentingan pribadi, bahkan kepentingan kesehatannya sendiri. Kepribadiannya
ditulis dalam sebuah buku oleh Tjokropranolo, pengawal selama gerilya, sebagai
seseorang yang selalu konsisten dan konsisten dalam membela kepentingan tanah
air, bangsa dan negara. Selama pendudukan Jepang, Sudirman menjadi anggota
Dewan Pangan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Karesidenan Banyumas.
Saat ini ia mendirikan koperasi untuk membantu orang-orang dari kelaparan.
Setelah
Perang Dunia II, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Sukarno yang
digunakan saat ini untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Sudirman dan
pasukannya bertempur di Banyumas, Jawa Tengah melawan Jepang dan senjata
ditangkap dan amunisi. Pada saat itu posisi Jepang masih kuat di Indonesia. MAP
Soedirman mengorganisir batalyon ke dalam resimen berbasis di Banyumas, untuk
menjadi tentara Republik Indonesia yang kemudian berperan besar dalam perang
Revolusi Nasional Indonesia.
Setelah
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima
Divisi V / Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR pada
tanggal 12 November 1945, terpilih Soedirman TKR Komandan / Panglima Angkatan
Bersenjata Indonesia. Kemudian ia mulai menderita TBC, tapi ia masih berada
dalam perang gerilya melawan pasukan yang ingin menguasai Belanda NICA
Indonesia setelah Jepang menyerah.
Perang besar
pertama adalah perang yang dipimpin Soedirman Palagan Ambarawa melawan NICA
Inggris dan Belanda yang berlangsung dari bulan November sampai Desember 1945.
Pada bulan Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman berperang
melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember 1945,
Sudirman melancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris
Ambarawa. Pertempuran terkenal yang berlangsung selama lima hari berakhir
dengan penarikan pasukan Inggris ke Semarang. Perang berakhir pada tanggal 16
Desember 1945. Setelah kemenangan di Sudirman Ambarawa Theater, pada tanggal 18
Desember 1945 ia diangkat sebagai General oleh Presiden Soekarno. Soedirman
memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui akademi militer atau pendidikan
tinggi lainnya, tapi karena prestasinya.
Jenderal
Sudirman masih terjun ke dalam pertempuran selama agresi militer Belanda kedua
di ibukota Yogyakarta. Ketika ibukota dipindahkan ke Yogyakarta, Indonesia
sebagai Jakarta telah menguasai Belanda.Soedirman memimpin pasukannya untuk
membela Yogyakarta dari serangan Belanda pada tanggal 19 Desember 1948. Dalam
oposisi, kondisi kesehatan Jenderal Sudirman itu dalam keadaan sangat lemah
tuberkulosis ia menderita untuk waktu yang lama. Yogyakarta kemudian dikuasai
oleh Belanda, meskipun Indonesia diperintah oleh tentara setelah Serangan Umum
1 Maret 1949. Pada saat itu, Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa anggota
kabinet juga ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi genting, Soedirman
kruk pergi dengan pasukannya dan kembali ke perang gerilya.
Ia
berpindah-pindah selama tujuh bulan dari satu hutan ke hutan lain, dan dari
gunung ke gunung dalam keadaan sakit hampir tanpa pengobatan dan perawatan
medis. Rumah Soedirman dari gerilya karena kondisi kesehatannya tidak
memungkinkan dia untuk memimpin Angkatan Bersenjata langsung. Setelah itu baru
sosok Soedirman perencana di balik layar dalam kampanye gerilya melawan
Belanda. Setelah penyerahan Belanda sebagai Amerika kepulauan Indonesia dalam
Konferensi Meja Bundar 1949 di Den Haag, Jenderal Sudirman kembali ke Jakarta
dengan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pada tanggal 29
Januari 1950, Jenderal Soedirman meninggal di Magelang, Jawa Tengah menderita
penyakit TBC parah. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di semaki Negara
Kusuma, Yogyakarta. Dia bernama Pembela pahlawan Kemerdekaan. Pada tahun 1997
ia dianugerahi anumerta kepada Mayor Jenderal peringkat bintang lima hanya
dimiliki oleh beberapa jenderal di Indonesia sampai sekarang.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar